, ,

Matinya Negara Karena Aktivis Hilang Substansi

21.06

Pergerakan pemuda membubuhkan sejarah dalam pembangunan bangsa indonesia. Dimulai semenjak Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908 menjadi pelopor lahirnya organisasi Boedi Oetomo. Pada 1905 ketika perlawanan SI (Serikat Islam) yang kemudian diubah menjadi SDI (Serikat Dagang Islam) pada 1912. Diprakarsai oleh H Samanhudi kemudian H.O.S Tjokroaminoto menjadikan indonesia melakukan perlawanan secara sistematis terhadap penjajah. Kolonialisme dan imperialisme yang berkuasa saat itu menjadi musuh utam. Para tokoh pendahulu membuat kita sadar bahwa sebuah perjuangan dimulai dan prakarsai oleh kaum muda.
Dari SDI kita belajar bahwa pergerakan pemuda pada waktu itu mampu menjadi ujung tombak kebangkitan Indonesia. Kemampuan analisa yang tajam di dukung oleh penyampaian argumen yang sistematis, membuat serangan terhadap penjajah bukan hanya melalui perang fisik melainkan juga perang secara ideologi, pemikiran dan gagasan. Dibentuknya beberapa media sebagai corong berpendapat mampu mengeser opini masyarakat indonesia yang tadinya merasa terjajah menjadi masyarakat yang memiliki jiwa merdeka.
Perlawanan SDI menjadi wadah lahirnya pergerakan besar indonesia. Sebut saja nama besar Muso, Soekarno, Agus Salim, Semaun, Tan Malaka dll. Menjadi awal peletak ideologi dasar negara indonesia. Berbagai paham yang digulirkan dari para tokoh pendahulu bangsa menjadi acuan sistem tata pemerintah, dan kebijakan indonesia sampai saat ini.
Perjuangan dilanjutkan dengan sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 bertempat di Jakarta yang saat itu masih bernama Batavia. Lagi-lagi pemuda mengambil peran yang cukup berpengaruh bagi perkembangan kemerdekaan indonesia. Sampai akhirnya pada masa kemerdekaan Indonesia 1945 juga diprakarsai oleh pemuda. Sejarah mencatat bahwa pemuda mempunyai peran cukup signifikan dalam melakukan perlawanan dan memerdekakan bangsa indonesia.
Pasca kemerdekaan ketika pelbagai konflik terjadi mengahampiri para pemimpin bangsa. Lahirnya gerakan mahasiswa menjadi awal perlawanan kepada pemimpin yang diangap menyimpang dari cita-cita awal bangsa. Perlawanan pasca kemerdekaan dimulai pada periode 1966  yang melibatkan gerakan kepemudaan pada waktu itu. Alhasil pemuda mendukung pemerintahan orde baru untuk memipin Indonesia dengan diangkatkatnya presiden Soeharto.
Terbentuknya KNPI pada tahun 1973 menjadi awal masuknya kontrol pemerintah terhadap gerakan kepemudaan.  Ditanda tanganinya kebijakan NKK-BKK oleh Mentri Pendidikan Daoed Joesoef pada tahun 1978 yang membatasi kegiatan mahasiswa hanya pada kegiatan akademis kampus, menjadi awal perlawanan pemerintah terhadap gerakan kepemudaan. Sulitnya bergerak membuat konsolidasi gerakan pemuda semakin tersandera akibat peraturan pemerintah yang mengekang segala aktivitas yang berhubungan dengan politik.
Krisi moneter 98 menjadi puncak orde baru menguasai Indonesia. Setelah 32 tahun akhirnya
kepemimpinan soeharto turun dan indonesia membuka era baru yakni demokrasi. Demokrasi yang diharapkan mampu menjadi sebuah solusi kemerosotan bangsa menjadi awal dibukanya era baru pertarungan politik terbuka. Demokrasi hanya berjalan secara prosedural bukan substansial. Alhasil ongkos politik semakin mahal dan membuat pragmatisme mengampiri pada generasi penerus.
Sejarah mencatat bahwa peran aktivis mempunyai fungsi signifikan bagi pembangunan bangsa dan negara. Pasca peristiwa 98 seolah menjadi akhir dari gerakan mahasiswa secara substansial. Hal tersebut bisa terlihat dengan hilangnya berbagai gagasan dan pemikiran tentang bangsa para generasi muda. Konsep kebangsaan yang ada hanyalah symbol Pancasila yang menjadi pemersatu indonesia sebagai sebuah bangsa. Amat disayangkan ketika konsepsi negara sistem pemerintahan gagasan kebangsaan hilang dari para pemuda.
Munculnya harapan baru terhadap kapitalisme membuat aktivis mati tanpa gagasan dan pemikiran mengenai bangsa. Menjadi ironi tersendiri ditengah kondisi negara yang semakin terpuruk akibat belum selesainya perjuangan demokrasi. Perjuangan demokrasi hanya mengahancurkan pintu rejim pada saat itu. Namun, setelah itu substansinya diharapkan mampu dijalankan pasca reformasi, sayangnya hegemoni politik demokrasi membuat para aktivis tercebur kedalam sistem yang dibentuknya sendiri. Alhasil pengusaha gerakan dan aksi menjadi subur karena berbagai kepentingan yang dibutuhkan.
Hilangnya substansi aktivis dan gerakan karbitan membuat bangsa ini jauh melenceng dalam menyampaikan gagasanya. Aktivis yang identik dengan para pemuda, gagasan kebangsaan dan pemikiran baru mengenai konsep pelengkap demokrasi, akhirnya berguguran satu persatu. Merasa aktivis ketika turun kejalan, menyampaikan gagasan di berbagai media tanpa tau substansi dan latar belakan sebuah gagasan. Yang tersisa hanyalah symbol aktivis yang menempel pada jaket mahasiswa yang kadang dilengkapi dengan lambang bendera indonesia.
Pukulan telak sebuah sistem membuat subatansi aktivis hilang tanpa tersisa. Sistem yang sangat sitemastis membuat ruang diskusi dimatikan secara terstruktur bukan dengan cara pelarangan undang-undang melainkan dengan hegemoni kapitalisme yang mengeluti kehidupan sehari-hari. Munculnya agenda-agenda kewirausahaan menjadi awal terbentuknya pandangan kapitalisme terstruktur. Munculnya pengusaha muda membuat orientasi terhadap kebangsaan hilang dan digantikan dengan rupiah yang menjadi parameter. Strategi jitu memang entah siapa yang sedang melakukan operasi terstruktur bangsa ini. Bukan lagi besi panas yang menembus dada para aktivis melainkan jamuan makan yang menjadi kebangaan para pemakai symbol gerakan mahasiswa.
Hasilnya dapat dilihat lokus diskusi hilang digantikan dengan bisnis coaching. Esensi gerakan yang senang jika ada pemikiran dan ideologi bersebrangan, bukan malah takut hilang kekuasaan akibat hegemoni sistem terstruktur. Alhasil tidak ada lagi esensi aktivis dengan perdebatan substansial mengenai gagasan kebangsan, tidak ada lagi tulisan-tulisan pedas bagi pemerintah yang sudah salah jalan. Entah sebuah kemunduran atau memang negara ini sedang mengalami transformasi yang cukup besar mengenai esensi kebangsaan dan dan negara.
Matinya negara karena aktivisnya hilang substansi tidak ada lagi diskusi massif mengenai pembangunan bangsa. Hilangnya karya besar dari gagasan para pemuda membuat substansi aktivis memudar. Jika kita melihat karya-karya besar Isalam dan Sosialisme, Madilog Tan Malaka, Di Bawah bendera Revolusi, tulisan Pramoedya Ananta Toerdan, Wiji Tukul masih banyak lagi membuat kita sadar bahwa esensi sebuah bagsa merupakan sebuah perjuagan yang sangat penting. Perjuangan heroic memerdekakan negara dan perjungan memepertahankan gagasan dan nilai kebangsaan bukan sebuah hal mudah. Karya tersebut digantikan dengan hadirnya banyak buku motivasi, pengembangan diri dan bisnis menjadikan para pemuda mati secara substansi gerakan.
Inilah yang harus segera diselamatkan oleh para generasi penerus sebelum gerbong lokomotif demokrasi membawa arus kapitalisme membumi hanguskan jiwa-jiwa aktivis yang resah dan merdeka. Kembalikan lokus-lokus diskusi kebangsaan, keluarkanlah gagasan dan ide kebangsaan. Jadikan semua itu tulisan-tulisan yang menandakan masih hidupnya sisa-sisa aktivis pasca 98. Tulisan yang menandakan bahwa puing-puing tersebut menandakan aktivis belum mati. Sekaligus sebagai informasi bagi kaum kapitalis bahwa sistem mereka tidak akan lama lagi runtuh dari bumi indonesia.

You Might Also Like

0 komentar

SUBSCRIBE NEWSLETTER

Get an email of every new post! We'll never share your address.

Popular Posts