, , , ,

APMI Angkat Bicara Soal Kekosongan Muatan Kapal Sapi

19.18

Maritimnews, Jakarta – KM Camara Nusantara 1 yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu sebagai kapal angkut ternak sapi menuai berbagai pandangan dari para ahli perkapalan lantaran mengalami kekosongan muatan yang berdampak justru pada tingginya cost. Salah satunya, lulusan Perkapalan Undip yang saat ini bekerja di Perusahaan galangan kapal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Ahlan Zulfakhri.
Ditemui maritimnews.com di Jakarta beberapa hari lalu, Ahlan mengungkapkan bahwa pemerintah seharusnya dapat melakukan peninjauan terlebih dahulu sebelum melakukan pembuatan kapal sapi. Mulai dari aspek bisnis sampai aspek teknisnya.
Menurutnya, proses hulu hilir itu harus clear terlebih dahulu apabila ingin membuat suatu kebijakan, seperti misalnya kapal angkut sapi ini.
“Aspek bisnis tentunya bagaimana pengembalian modal dalam pembuatan kapal tersebut agar jangan sampai merugi,” kata Ahlan.
Lebih lanjut pria yang menjabat sebagai Sekjen Assosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI) itu menjelaskan tidak mudah jika seluruh stakeholder dalam bisnis tersebut harus dilibatkan mulai dari pedagang besar sampai pedagang kecil.
“Jangan sampai adanya sebuah sarana atau fasilitas itu berhenti hanya pada aspek keterbutuhan, namun tidak melihat bagaimana proses pengembalian modal dan lain sebagainya,” ujar Ahlan menambahkan.
“Ini menjadi penting, jangan sampai secara keterbutuhan terpenuhi namun secara bisnis ternyata tidak masuk. Alhasil ada pihak yang dirugikan,” tegasnya.
Saat diresmikan dan tiba pertama kali di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, kapal tidak terisi penuh, hanya membawa 353 sapi atau setara hampir 70% dari total kapasitas. Kapasitas kapal ternak mampu membawa 500 ekor.
Namun, pada pelayaran kedua, kondisi berbalik. Kapal ternak pertama di Indonesia tidak membawa muatan sapi alias kosong. Kapal ternak ini berlayar membawa ternak dari sentra sapi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) ke pusat konsumsi di Pulau Jawa seperti Surabaya, Cirebon dan Jakarta selama 2 kali dalam 1 bulan.
Meski kosong, kapal tetap berangkat sesuai jadwal. Kini, kapal bersandar di Cirebon dan tidak berlanjut ke Jakarta karena tak ada muatan. Kapal masih bersandar menunggu jadwal keberangkatan kembali ke NTT dan NTB.
Biarpun kosong, Pelni tetap berangkat karena telah memperoleh subsidi dari pemerintah Untuk sekali perjalanan pulang pergi, total biaya operasional 1 unit kapal ternak Rp 930juta. Kemenhub menanggung biaya 1 kali perjalanan (voyage) Rp770 juta, sedangkan sisa biaya dibebankan kepada pemilik ternak.
“Kalau dari tinjauan teknis tentunya akan mengikuti aspek bisnis bagaimana sebuah kapal dilihat dari mulai ukuran, kapasitas mesin serta daya angkut karena sangat berpengaruh terhadap wilayah pelayaran dan juga bongkar muat,” tuturnya
Di akhir pemaparannya, Ahlan mengimbau kepada seluruh stakeholder untuk sama-sama memikirkan kondisi itu agar tidak ada kemacetan pengiriman yang berdampak pada naiknya harga daging.
“Ini menjadi evaluasi bersama agar kedepan kematangan perencanaan dapat ditinjau dengan baik,” pungkasnya
Sumber: http://maritimnews.com/

You Might Also Like

0 komentar

SUBSCRIBE NEWSLETTER

Get an email of every new post! We'll never share your address.

Popular Posts